Di jaman yang serba sibuk ini, kehadiran orangtua secara intens bagi anak semakin berkurang. Apalagi bila kedua orangtua bekerja dari pagi hingga petang. Belum lagi waktu pergi-pulang ke tempat kerja yang menyita waktu.
Beruntung bagi kami yang jarak rumah dan tempat kerja tidak terlalu jauh. Aku membutuhkan waktu paling lama 15 menit untuk sampai di tempat kerja, naik speda motor dengan kecepatan 45 km/jam. Sementara suami paling hanya memghabiskan waktu separuhnya saja, 7 menit sudah sampai di kantornya. Tentulah kondisi ini kami syukuri banget.
Bagaimana tidak, saya sering membayangkan para pencari nafkah yang memerlukan waktu berjam-jam untuk sampai tempat kerjanya.Berangkat jam 5 pagi atau bahkan sebelumnya, disaat anak-anak belum bangun dari tidurnya dan tiba di rumah di saat anak-anak sudah terlelap dalam mimpinya. Yaa itulah perjuangan orangtua dalam mencari nafkah untuk keluarganya.
Lalu, kapan mereka punya waktu untuk anak-anak? Apakah mereka memiliki play time (waktu bermain) dengan anak-anak? Tentu sebagian dari mereka memanfaatkan saat-saat weekend untuk berkumpul bersama keluarga.
Bermain bersama ibu, bagi anak-anak sudah biasa. Karena ibunyalah yang mengandung, melahirkan, merawat, mengasuh dan mengurusi segala tetek bengek urusan anak-anak.
Bermain bersama ayah? Saya kira ini belum banyak jumlahnya dibanding yang pertama. Tentu dengan alasan yang sangat klasik, ayah sibuk bekerja. Padahal kebersamaan antara ayah dan anak sangat penting dalam tumbuh kembang seorang anak.
Ayah jangan hanya ada secara biologis saja. Apalagi para ayah yang memiliki anak perempuan. Mereka nantinya akan menerapkan standar terhadap lelaki yang kelak dipilihnya dengan melihat perilaku ayahnya sejak dia kecil.
Ayah harus hadir secara penuh, baik fisik maupun emosional. Tentu akan sangat berkurang makna dan kualitasnya saat ayah mendampingi anak tapi sibuk dengan gadget-nya.